Category Archives: tugas kuliah

semua tugas mata kuliah

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA DAN PENILAIAN PRESTASI KERJA

A. Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan wadah dari sekelompok individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan suatu pedoman yang berupa struktur organisasi. Di dalam struktur organisasi meliputi tugas, wewenang dan tanggung jawab bagi masing-masing bagian organisasi secara jelas dan tepat.
Pada proses yang berskala kecil dengan sedikit aktivitas dan sederhana, pada umumnya pimpinan perusahaan dapat mengendalikan semua aktivitas dan permasalahan yang dihadapinya. Namun dengan bertambah besarnya perusahaan, maka pimpinan tidak mungkin dapat mengendalikan secara menyeluruh aktivitas dan masalah yang timbul dalam perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan sistem pertanggungjawaban yang efektif untuk mendelegasikan dan menyebarkan wewenang dalam menghadapi banyaknya tugas dan tanggung jawab pimpinan.
Pelaksanaan pertanggungjawaban ini harus dilakukan secara obyektif karena menjadi salah satu penentu kebijakan perusahaan di masa depan. Pelaporan pertanggungjawaban juga berfungsi sebagai salah satu alat penilaian kinerja / prestasi terhadap para manajer tingkat bawah. Penilaian prestasi kerja yang telah dilaksanakan adalah dengan membandingkan realisasi pelaksanaan dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adanya tolok ukur penilaian prestasi akan mendorong dan memotivasi para pelaksana untuk melaksanakan tugas dan prestasi lebih baik, sehingga akan mengarahkan kegiatan para pelaksana pada pencapaian tujuan organisasi.
Akuntansi pertanggungjawaban yang digunakan oleh pusat-pusat pertanggungjawaban menelusuri biaya, pendapatan, laba dan investasi. Dalam akuntansi pertanggungjawaban selain diperlukan anggaran yang dinyatakan dengan jelas juga diperlukan pembagian tugas dan wewenang dalam urut-urutan organisasi. Penilaian prestasi kerja bawahan disesuaikan dengan jenjang hirarki dalam struktur organisasi melalui laporan pertanggungjawaban.
Untuk memberikan gambaran tentang tingkat pertanggungjawaban masing-masing bagian, maka harus dibedakan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dengan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh para penanggungjawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertanggungjawaban hanya sampai pada biaya yang masih dalam batas terkendali olehnya. Sedangkan biaya yang tak terkendali oleh para manajer pusat pertanggungjawaban tersebut, menjadi tugas bagi para manajer di atasnya untuk dapat mengendalikannya.
PT Bambang Djaja Surabaya yang bergerak di bidang industri trafo merupakan perusahaan besar di mana banyak bagian dan wewenang harus dapat didelegasikan dengan baik agar perusahaan dapat berkembang. Akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan PT Bambang Djaja Surabaya diharapkan mampu mengendalikan biaya sekaligus sebagai alat ukur penilaian prestasi kerja para manajer pada unit kerja yang dipimpinnya.

Oleh karena itu, mengingat akuntansi pertanggungjawaban mempunyai peranan dalam menilai prestasi manajemen pada PT Bambang Djaja Surabaya tempat penulis melakukan penelitian, maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana keberadaan dan penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan tersebut. Menyadari pentingnya akuntansi pertanggungjawaban bagi manjemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai prestasi suatu pusat biaya memuaskan atau tidak, maka penulis menjadikan akuntansi pertanggungjawaban sebagai topik pada penulisan skripsi ini dengan judul: “Akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya dan penilaian prestasi kerja karyawan pada PT Bambang Djaja Surabaya.”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas adalah:
“Bagaimana PT Bambang Djaja Surabaya menggunakan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya dan penilaian prestasi kerja karyawan”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana PT.Bambang Djaja Surabaya menggunakan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya dan penilaian prestasi kerja karyawan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi kepentingan ilmiah :
1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai perbandingan dari teori yang ada dengan apa yang terjadi dalam praktek tentang akuntansi pertanggungjawaban.
2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dan pertimbangan pada penelitian selanjutnya.
b. Bagi kepentingan terapan :
Membantu memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen khususnya pada PT Bambang Djaja Surabaya dalam mengambil kebijakan tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban di perusahaan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup atau pembatasan yang dimaksudkan agar dalam pembahasan skripsi tidak keluar dari maksud penulisan skripsi ini, dan diharapkan sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan.
Untuk itu agar diterhindar dari pembahasan yang terlalu luas, maka ruang lingkup pembahasan dibatasi pada penerapan pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya dan penilaian prestasi kerja karyawan pada PT Bambang Djaja Surabaya.

E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian untuk membuat deskripsi/gambaran secara sistematis yang aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki untuk mendukung penelitian.
b. Gambaran Obyek Penelitian
Sedangkan obyek penelitian ini adalah PT Bambang Djaja Surabaya yang bergerak di bidang industri trafo yang beralamat di jalan Rungkut Industri III / 56 Surabaya.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak menggunakan sampel karena mengambil data dari PT Bambang Djaja Surabaya yang berupa data sekunder yaitu anggaran biaya serta laporan realisasi biaya.
3. Definisi Operasional Variabel
Yang dimaksud variabel menurut pendapat Sugiyono (1999:31) adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian, sering pula dinyatakan bahwa variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa gejala yang akan ditentukan.
Definisi variabel yang akan diamati dalam penelitian berkaitan dengan suatu kesimpulan yang dikehendaki dan dengan judul yang dikemukakan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Akuntansi Pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengatur rencana (dengan anggaran) dan tindakan (dengan hasil) aktual dari masing-masing pusat pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disusun berdasarkan pendapatan dan biaya yang dapat dikendalikan saja dalam pusat pertanggungjawaban.
2. Pengendalian Biaya
Adalah suatu aktivitas manajer untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan dengan mencapai efisiensi biaya yang ditetapkan. Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara anggaran dengan realisasinya.
3. Penilaian Prestasi
Penilaian prestasi adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya. Penilaian prestasi manajer pusat biaya terukur dalam hal efisiensi yang dicapainya. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya standar yang ditetapkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. Selisih yang timbul dianalisa, jika biaya sesungguhnya lebih kecil dari biaya standar, maka pusat biaya terukur dinilai efisien dan bila biaya sesungguhnya lebih besar dari biaya standar, maka pusat biaya terukur tersebut tidak efisien.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka mendapatkan data dan informasi untuk penyusunan penelitian, penulis menggunakan prosedur antara lain sebagai berikut:
a. Library Research / Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dari buku literatur yang berhubungan dengan penulisan yang akan disampaikan oleh penulis.
b. Field Research / Studi Lapangan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut meliputi :
1) Observasi
Adalah teknik memperoleh data dengan cara mengamati secara langsung terhadap obyek yang diteliti.
2) Interview
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dengan mereka yang berkompeten di perusahaan tersebut, sehingga data yang diperoleh benar-benar obyektif.
3) Dokumentasi
Adalah teknik memperoleh data dengan cara memanfaatkan dokumen yang ada diperusahaan yang berkaitan dengan penelitian.
5. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan menjadi perangkat hasil dan penemuan baru atau dalam bentuk pembuktian dari hipotesis. Dalam analisis data penulis menggunakan 2 analisis yaitu :
a. Teknik Analisis Data Kualitatif
Yaitu suatu teknik analisis data dengan cara menguraikan atau mengungkapkan dengan struktur kalimat secara rasional suatu obyek, misalnya : gambaran umum perusahaan, kegiatan produksi dan personalia.
b. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Yaitu suatu teknik analisis data dengan menggunakan perhitungan angka-angka dari laporan keuangan seperti neraca, rugi-laba dan penjualan. Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif sebagai berikut :
a. Menganalisis struktur organisasi perusahaan.
Dari gambaran struktur organisasi perusahaan dapat diketahui dan diamati pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada, dan diamati efektifitas pusat pertanggungjawaban itu dengan arah dan tujuan perusahaan.
b. Menganalisis pengkodean rekening.
Pengkodean rekening diperlukan untuk membantu dalam mengklasifikasikan data keuangan sesuai dengan jenis dan golongannya. Kode rekening memudahkan identifikasi dan pembedaan elemen-elemen yang ada dalam suatu klasifikasi.
c. Menganalisis penyusunan anggaran perusahaan
Mengamati proses penyusunan anggaran dimulai dari arahan direktur untuk sasaran satu tahun ke depan sampai kepada pengesahan anggaran.
d. Menganalisis sistem pelaporan biaya.
Mengamati sistem penyajian laporan biaya antara anggaran dan realisasi.
e. Menganalisis sistem penilaian prestasi kerja manajer biaya.
Penilaian prestasi kerja dapat dilihat dari efektifitas dan efisiensi biaya yang terjadi. Efisien atau tidaknya biaya tergantung pada prosentase (%) perbandingan antara realisasi biaya dengan anggaran biaya yang ditetapkan. Dari prosentase tersebut akan digunakan sebagai tolok ukur atas kinerja pusat biaya dalam mengalokasikan sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Dearden dan Bedford, Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen), Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996.

Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogjakarta, 2000

Cushing Barry, Alih Bahasa Oleh Mukhiyat, Sistem Informasi Akuntansi Dan Organisasi Perusahaan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000.

Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajemen, Jilid Dua, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000.

Hongren, Foster dan Datar, Cost Accounting A Managerial, Akuntansi Biaya; Dengan Pendekatan Manajerial, Diterjemahkan Endah Susilaningtyas, Buku Dua, Edisi Kesepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 1997.

Heckert J.B., Controllership; Tugas Akuntan Manajemen, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995.

Mas’ud Machfoed, Akuntansi Manajemen, Edisi Kelima, Penerbit STIE, Yogjakarta, 1996

Mulyadi, Akuntansi Manajemen; Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Cetakan Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Supriyono dan Mulyadi, Akuntansi Manajemen Dua; Struktur Pengendalian Manajemen, Edisi Satu, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogjakarta, 2001

Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis, cetakan pertama, PT. Alfabeta, Bandung, 1999

Usry, Milton dan Hammer Lawrence, Akuntansi Biaya; Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999

Wilkinson Joseph, Information And Accounting System, Edisi Indonesia, Oleh Marianus Sinaga, Sistem Akunting dan Informasi, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 2000.

Prosedur dan Sistem Akuntansi

1. Pendahuluan

Dalam sebuah kontribusi berpengaruh Parker (2000) menuliskan bahwa “Penulisan sejarah akuntansi secara tajam didominasi oleh penulis di Inggris dengan mendiskusikan akuntansi sektor swasta (private-sector) pada Negara-negara berbahasa Inggris pada abad ke 19 dan 20…cakupan sejarah akuntansi sesungguhnya lebih luas dari pada ini” (p.66). makalah ini mencari secara lebih mendalam diluar negara-negara berbahasa Inggris pada periode lebih awal daripada era modern ini, makalah ini juga membandingkan klaim de Ste. Croix’s (1981,p 114) yang menyatakan bahwa “Nampaknya tidak ada metode akuntansi efisien selain double entry system dan single entry system sebelum abad 13” analisis sistem pembukuan dalam masyarakat muslim pada abad pertengahan diabaikan pada pernyataan tersebut.

Tulisan ini mencoba untuk mengeksplor pemikiran akademisi muslim tentang akuntansi pada awal masa pemerintahan Islam, dalam konteks zakat (beban keagamaan) serta ekspansi pendapatan dan pengeluaran pada negara Islam, struktur bisnis dalam negara serta agama yang membentuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat muslim. Hal ini masih menjadi sebuah subjek yang “belum di eksplorasi lebih dalam” (Hamid et al., 1993, p. 132), yang kemudian akan nampak bahwa sistem akuntansi dikembangkan dan dipraktekkan sebagai bagian dari dunia muslim, khususnya tengah dan timur dekat, yang telah maju. Memfokuskan pada sistem akuntansi dan prosedur pencatatan tulisan ini melampaui Zaid (2000a) yang secara khusus mendalami buku-buku akuntansi pada negara Islam. Berangkat dari Zaid (2001) dan Nobes (2001) dimana pertanyaan dasar dan terminologis mengenai double entry system menjadi bahasan utama.

Sementara itu ada ekspektasi [Lall Nigam, 1986; Hamid et al, 1993; Scorgie, 1990; Solas and Otar, 1994; and Zaid, 2000a and 2000b], berapa orang barat dan akuntan muslim kontemporer telah mendokumentasikan dan mengeksplorasi akuntansi muslim terdahulu. Lal Nigam (1986) telah menunjukkan peran yang dimainkan oleh akuntan India dalam pengembangan akuntansi sebelum “Summa de aritmatika”-nya Pacioli 1494. penulis mengklaim bahwa pengembangan “sistem pembukan yang mendahului dan jauh kedepan dalam kesempuranannya dibanding dengan Eropa. Sistem ini mencatat dua aspek tiap kejadian, dan pengelolaan bisnis dengan verifikasi ukuran dan dimensi usaha. Disebut Bahi-Khata, Mahajanor Deshi, dan masih dipraktekkan di sebagian besar negara tersebut” (1986, p. 149). Scorgie (1990) menelaah “ Bukti yang mendukung bahwa orang-orang India meniru dan mengadopsi sistem pembukuan yang disampaikan oleh bangsa Moguls yang menaklukan India pada pertengangan abad ke 16” (p.63). Scorgie menyimpulkan bahwa “Persamaan kata dalam bahasa Arab dan bahasa utama India menunjukkan bahwa sistem yang digunakkan oleh pedagang India dan keluarga-keluarga berasal dari penakluk mereka yakni bangsa Arab. Oleh karena itu orang India hanyalah pemakai bukan penemu sehingga perpidahan akuntansi double-entry dari Barat ke Timur bukan sebaliknya sebagaimana dinyatakan oleh Lall Nigam” (p. 69) hal ini dikuatkan oleh Solas dan Otar (1994) yang fokus pada “Akuntansi pemerintahan dipraktikkan di Timur dekat selama periode dinasti Khan II (1120-1350 A.D)” (p. 117). Studi mereka terkait dengan kerajaan Ottoman, sebuah kerajaan Muslim. Solas dan Otar (1994) menyimpulkan “Bahwa dasar akuntansi double-entry telah dipraktikkan di Timur dekat dan dimana hal tersebut telah dikembangkan secara terpisah dari akuntansi yang digunakan di Barat” (p.117).

Studi lain yang merujuk pada kontribusi akademisi muslim dalam pengembangan akuntansi dilakukan oleh Hamid et al (1993). Ia menyatakan bahwa “Islam memiliki potensi untuk mempengaruhi struktur, konsep dasar dan mekanisme akuntansi dalam dunia Islam” (p. 131), penulis menyimpulkan bahwa “Pengaruh potensial Islam dalam bidang kebijakan akuntansi dan praktek dapat memasukkan analisa perbedaan akuntansi nasional dengan dimensi cultural lebih mendalam dari pada itu keluar dari dampak hukum sekuler kebiasaan umum dan sifat perdagangan” (p. 147). Kesimpulan ini didasari dengan pengembangan bukti lebih dulu oleh Zaid (2000a, 2000b).

Sejarawan akuntansi Sieveking menyadari “Bahwa pembukuan muncul dan tumbuh sebagai dampak langsung dari keberadaan kerjasama bisnis pada sekala yang lebih besar” (Littleton, 1993, p.9). Sudut padang ini dapat merfleksikan situasi di Eropa skitar abad 14 namun tidak perlu menghadirkan motif pengembangan peradaban terdahulu seperti Babilonia, Egypt, China dan negara Islam termasuk Timur Tengah, sebagian besar Asia dan Afrika dan sebagian Eropa. Meski peran kerjasama tidak bisa dianggap remeh, kebutuhan negara dan pengusaha juga mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan “Kebutuhan penjagaan catatan financial dan transaksi bisnis lain adalah suatu hal yang kuno” (Littleton, 1956, p. v), sehingga dapat diakatakan pengembangan akuntansi tidak dapat seluruhnya diasosiasikan dengan salah satu peradaban saja atau negara karena pengembangan-pengembangan ini membutuhkan beberapa periode waktu dan mungkin di dalam peradaban yang berlainan.

Lieber (1968, p. 230) menyatakan bahwa pedagang Itali mendapatkan metode pengetahuan bisnis dari pesaing mereka yakni pedangang Muslim. Lebih jauh, Heaps (1895) menyatakan bahwa “Orang Eropa yang pertama kali menerjemahkan aljabar dari tulisan-tulisan orang-orang Arab yang juga dianggap memiliki urain pertama tentang pembukuan…pembukuan pertama kali dipraktekkan oleh kelompok pedangan, dan mereka adalah orang-orang Arab, ia menganggap merekalah penemunya” (p. 21). Penulis seperti Heaps (1895) dan Have (1976) menganggap kontribusi orang Muslim sebagai sinonim dengan bangsa Arab. Pada kenyataannya Arab dan non Arab berkontribusi bagi pembangunan di dunia Muslim, pada umumnya, hal ini nampak bahwa penulis-penulis ini merujuk orang-orang Muslim sebagai bangsa Arab, mungkin terkait dengan bahasa yang digunakan atau memang asal muasal Muslim dari Arab. Misalnya akademisi Muslim Arab termasyk Al-Kalkashandy, Jabir ibn Hayyan, Ar-Razy, Al-Bucasis dan Al-Kindy. Contoh muslim non Arab seperti Al-Khawarizmy, Abicenne, Abu-Bacer and Al-Mazendarany. Menurut Islam, semua akademisi dan ilmuan ini diidentifikasi sebagai seorang muslim terlepas dari asal, ras, bahasa, warna kulit, atau latar belakang etnis tertentu. Sehingga, hal ini menjadi problema untuk mengasosiasikan pengembangan akuntansi di dunia Muslim dengan hanya bangsa Arab saja dan mengabaikan konrtibusi akademisi dan ilmuan Musilim non-Arab. Temuan-temuan Al-Khawarizmy secara khusus dikenal di Eropa. Meskipun angka romawi digunakan di republik Itali pada abad ke 15, fitur “Summa de Aritmatika”-nya Paciolli telah mengguanakan angka Arab, lebih jauh, sesungguhnya pengenalan penomeran Arab di barat dapat diasosiasikan dengan hasil Al-Khawarizmy di awal abad 9 (Macve, 1994, p. 12).

Pengembangan Akuntansi dan ilmu pengetahuan lainnya pada masyarakat Muslim diinspirasi oleh ajaran Islam, dengan demikian hal ini memerlukan penjelasan yang lebih mendalam tentang agama Islam dan dampaknya bagi ekonomi dan infrastruktur sosial yang berkontribusi terhadap pengembangan beberapa ilmu pengetahuan termasuk akuntansi.

1. Islam Dan Akuntansi

Agama Islam didrikan di Mekah pada tahun 610 M (Abu Addahab, 2002, p 649) dengan diturunkannya wahyu Al-Quran pada nabi Muhammad Saw, pada saat itu jazirah Arabia secara umum, dan Mekah khususnya hidup bersuku-suku dan mengalami perang antar suku selama bertahun-tahun. Kesukuan bukanlah subjek konvensional atau peraturan tertulis kecuali peraturan-pertauran yang di tetapkan oleh ketua suku. Perubuhan signifikan muncul berbarengan dengan pendirian Negara Islam pada tahun 622 M. di Madinah Al-Munawarah ketika prinsip persaudaraan digaungkan. Hal ini mendorong bahwa tiap muslim adalah saudara tanpa memandang negara, ras , bahasa, warna, etnis atau factor lain yang membedakan manusia. Muslim memutuskan balas dendam, mendukung satu sama lain baik secara financial dan sosial tanpa memandang sejarah perbedaan mereka, mereka mengerti Islam adalah aturan komprehensif tentang agama dan kehidupan. Mereka mulai belajar, mengiterpertasikan dan mengaplikasikan apa yang termaktub dalam Al-Quran. Sebuah negara baru berlandaskan Al-Qur’an dan menggantikan sistem kesukuan dan peratuan kesukuan. Al-Qur’an menawarkan panduan ajaran sosial dan perdagangan. Contoh tentang ajaran sosial adalah tentang aturan pernikahan dan warisan. Contoh tentang perdagangan adalah peraturan tentang kontrak, keuangan bisnis, zakat dan ataran etika bagi pelaksanaan bisnis dan legal formalnya.

Perdagangan meluas keluar dari jazira Arabiah sampai sebagian Eropa, Afrika dan Timur Jauh menurut Ekelund et al (1990, p 26) “Selama lima abad, dari 700 sampai 1200 Islam memimpin dunia, organisasi, dan pemerintahan, dalam budi pekerti sosial dan standar kehidupan, dalam literature, akademik, ilmu pengetahuan dan filsafat…hal tersebut merupakan ilmu pengetahuan Muslim yang melestarikan dan megembangkan matematika Yunani, fisika, kimia, astronomi, dan kedokteran selama setengah millennium ini, sementara barat tenggelam dengan apa yang disebut “Dark Ages”

Ekspansi perdagangan mendorong pengembangan mekanisme untuk menjamin akuntabilitas keuangan, barang diterima dan persekot. Pengenalan dan pengorganisasian zakat pada tahun 624 M, mendorong akuntansi untuk tujuan pembayaran dan kalkulasi zakat, pengembangan tersebut melahirkan pengenalan buku akuntansi, konsep dan prosedur selama pemerintahan khalifah ke 2, Umar Bin Khattab, yang memerintah antara 13 dan 23 H (634-644) (Zaid, 2000a, pp. 75-76). Peran zakat sama pentingnya bagi Negara dan individu khususnya bagi mereka yang menjalankan bisnis. Individu muslim umumnya, dan wiraswasta khususnya, perhatian dengan pengembangan dan implementasi pembukuan akuntansi, system dan prosedur pencatatan. diinspirasi oleh kebutuhan kewajiban syara’ yakni kalkulasi yang sesuai dan pembayaran zakat sebagai konsekuensi dalam menjalankan bisnis dan mendapatkan keuntungan, lebih jauh Al-Qura’an mewajibkan adanya penulisan dan pencatatan hutang dan transaksi bisnis seabagaimana Allah berfirman dalam Al-Baqarah: 282-283, yakni merupakan surat terpanjang dalam Al-Qur’an dan menspesifikasi semua syarat penulisan hutang dan transaksi bisnis.

Pengembangan dan praktek akuntansi pada masyarakat Muslim merfleksikan Islam sebagai aturan kehidupan komprehensif baik spiritual maupun matrial. Pengembangan dan praktek-praktek tersebut didokumentasikan oleh sejumlah akademisi Muslim dari tahun 150 H (768 M) dalam sejumlah cetakan dan tulisan. Pada awalnya akademisi Muslim mendekati praktek akuntansi di negara Islam melalui berbagai sudut pandang. Meskipun begitu, penyebutan “Istilah akuntansi dan akuntan tidak digunakan pada masa awal dan pertengahan periode negara Islam. Kepastian tanggal istilah ini mulai digunakan tidak diketahui namun dapat dilacak dari pengaruh kolonialisasi dan pengenalan kebudayaan barat pada abad ke 19. istilah al-ameli, mubasher atau kateb al mal merupakan istilah umum yang digunakan akuntan/bagian pembukuan dan juru tulis keuangan. Istilah-istilah ini secara luas di tiap bagian berbeda dari negara Islam. Istilah Al-Kateb menjadi dominan dan digunakan bagi tiap orang yang ditugaskan untuk menulis dan mencatat informasi baik kuangan maupun non-keuangan” (Zaid, 200b, p. 330). Isitilah tersebut sama dengan untuk “menghitung” (to account) dan sebagaimana pada tahun 365 H (976 M) Al-Khawarizmy (1984) menggunakan istilah “muhasabah” untuk fungsi akuntasi dan orang yang bertanggung jawab dalam hal ini disebut “muhaseb” (akuntan)

Al-Mazenderany (1363) adalah salah satu akademisi Muslim pertama yang mendokumentasikan praktek akuntansi pada masyarakat Muslim. Sementara itu tulisan Al-Mazenderany telah dirujuk oleh Solas dan Otar (1994) dalam studi mereka tentang praktek pembukuan pemerintahan pada Timur Jauh selama dinasti Khan (1120-1350) dan Zaid (2000a, 2000b, 2001) implikasi lebih luas kontribusi ini terhadap sejarah akuntansi. Buku Al-Mazenderany ditulis pada tahun 765 H (1363 M), dapat ditemukan di perpustakaan Sulaimaniyah Istanbul. nampaknya buku tersebut tidak di cetak atau dipublikasi dalam bahasa Ottoman dan tidak ada bukti bahwa buku tersebut telah diterjemahkan kedalam bahasa lain. Menurut prononsasi Arab, judul bukunya adalah Risalah Falakiyyah Kitabus Siyakat, dan ini lah sumber yang digunakan oleh Solas dan Otar (1994) dan mengejanya dengan “Risale-I Felekiyya”, yang merupakan prononsasi Turki dengan judul yang sama.

Al-Mazenderany mengemukakan bahwa buku akuntansi lain telah ditulis sebelumnya. Ia menyatakan bahwa buku-buku tersebut menjelaskan praktek akuntansi pada masyarakat Muslim dan khususnya di Timur Tengah. Nampaknya buku-buku tersebut telah ditulis jauh sebelum 1363 M. Al-Mazenderany lebih jauh mengetahui keuntungan akan ia dapatkan dari hasil pemikiran dan tulisan terdahulu ketika ia menulis buku tersebut. Walaupun hasil pemikiran-pemikiran terdahulu sebagaimana disebutkan Al-Mazenderany akan memberi nilai bagi akademisi sejarah akuntansi, dan pencarian pemikiran-pemikiran tersebut bisa jadi sangat memfrustasikan, oleh karena fakta “Negara-negara pada zaman pertengahan di Timur Tengah, dengan emperium Ottomannya, telah dihancurkan, dan arsip-arsip mereka juga ikut musnah,… ” [Lewis, 1970, p. 81].

Salah satu karya Al-Mazendarany adalah Mafatieh Al-Uloom (kunci ilmu pengetahuan, pada tahun 365 H (976 M) dan ditulis oleh Al-Khawarizmy (1984), Al-Khawarizmy mendiskusikan tipe-tipe pencatatan di Dewans (kantor) dan buku tersebut digunakan untuk mencatat akun-akun. Di salah satu bagian buku tersebut didedikasikan bagi “kesekretariatan”, Al-Khawarizmy menggambarkan istilah teknis yang umum pada masyarakat Muslim menurut tugas skretaris dan juga menggambarkan sistem akuntansi yang diimplementasikan selama abad ke 4 H (abad ke 10 M) di nyatakan pula bahwa buku Al-Khawarizmy merupakan buku yang berpengaruh pada masa itu (Macve, 1996, p 12). Al-Mazenderany menggambarkan sistem akuntansi yang digunakan negara Islam lebih lengkap dan detrail dari pada Al-Khawarizmy. Menurut, makalah-makala terbaru didasari oleh Al-Mazenderany Risalah Falakiyyah Kitabus Siyakat. Hanya Buku inilah karya yang dapat ditemukan oleh penulis pada hari dimana detail sistem akuntansi dan praktek pada awal masyarakat Muslim.

1. Perkembangan Sistem Akuntansi di Masyarakat Muslim

Pengembangan akuntansi pada negara Islam dimotivasi oleh agama dan diasosiasikan dengan kewajiban zakat pada tahun 2 H (624), akuntansi nampaknya dimulai dengan pendirian Dewans untuk pencatatan Baitul Mal pendapatan dan pengeluaran. Tanggal yang pasti aplikasi pertama kali sistem akuntansi pada negara Islam tidak diketahui, namun sistem tersebut didokumentasikan pertama kalinya oleh Al-Khawarizmy pada tahun 365 H (976). Sistem akuntansi disusun untuk mrefleksikan tipe proyek yang dikerjakan oleh negara Islam sejalan dengan pemenuhan terhadap syara’. Projek-projek tersebut termasuk industri, pertanian, keuangan, perumahan dan proyek jasa. Sistem akuntansi menggabungkan rangkain pembukuan dan prosedur pencatatan, beberapa prosedur-prosedur tersebut meruapakan sifat dasar dan digunakan untuk semua sistem akuntansi, sementara yang lain diperuntukkan bagi sistem akuntansi tertentu. Sebagaimana disebutkan diatas, orang yang diberi tanggung jawab ini disebut dengan Al-Kateb (Pembukuan/akuntan)

Tujuan sistem akuntansi adalah untuk menjamin akuntabilitas, memfasilitasi pengembilan keputusan secara umum, evaluasi proyek, meskipun sistem ini diinisiasi bagi tujuan pemerintahan, namun beberapa juga diimplementasikan oleh wiraswasta untuk mengukur keuntungan yang akan dikenakan zakat, kesuksesan aplikasi sistem akuntansi oleh pemerintah telah mendorong wiraswasta untuk mengadaptasi sistem yang sama khususnya untuk tujuan zakat.

Sistem akuntansi didiskusikan dan dianalisa disini secara mendalam telah disebutkan oleh Al-Khawarizmy dan detailnya oleh Al-Mazenderany, sistem akuntansi tersebut berorientasi income-statement (laporan laba rugi). Dan dirancang untuk menyediakan kebutuhan segera negara Islam, beberapa sistem akuntansi disandingan dengan transaksi monetary dan monetery sementara yang lain hanya disandarkan pada ukuran moneter. Alasan penggunaan moneter dan non moneter secara simultan adalah untuk menjamin ketepatan pengumpulan, pembayaran, pencatatan dan kontrol pendapatan dan pengeluaran negara.

Tujuh sistem akuntansi khusus di kembangkan dan dipraktekkan dalam negara Islam sebagaimana didokumentasikan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendariny. Yang sekarang akan diekplorasi.

Stable Accounting (Accounting for Livestock): sistem ini dibawah pengendalian manajer pemeliharaan ternak dan membutuhkan relevnasi transaksi dan pristiwa dicatat saat terjadinya hal-hal tersebut, transaksi dengan sistem ini misalnya, makanan untuk unta, kuda, dan keledai; gaji, hewan yang dijual, disumbangkan atau telah mati. Rancangan khusus sistem ini merefleksikan pentingnya ternak bagi individu dan negara. Disamping hewan sebagai sumber makanan juga sebagai alat transporatsi komersial, militer. ternak digunakan pula untuk membawa makanan dan orang lintas dunia muslim dan diluar itu, serta alat transportasi penting khususnya bagi komunitas yang tidak mempunyai akses pelabuhan. Meskipun stable accounting di rancang bagi negara, implikasinya di sektor privat sama karena proporsi signifikan populasi di satukan dengan bisnis ternak, untuk konsmusi atau transportasi dan kebutuhan akan sistem pencatatan dan pengukuran keuntungan untuk tujuan kalkulasi pembayaran zakat, hal ini sama dengan praktek sekarang dimana “insentif akun menunjukkan keseluruhan ‘keuntungan’ atau ‘kerugian’ peternakan moderen sebagai syarat pendapatan daerah, begitu pula dengan perbankan, dan (dalam kasus peternakan yang dikelola dan dimiliki oleh perusahaan terbatas) tindakan perusahan sebagai akun preparation untuk pemilik saham” [Macve, 1994, p. 75].

Construction Accounting: Sistem ini digunakan untuk akun proyek konstruksi yang ditangani oleh pemerintah. Sistem akuntansi konstruksi memerlukan pemeliharaan jurnal terpisah bagi tiap situs konstruksi dan membutuhkan pencatatan untuk tiap transaksi relevan dan peristiwa dari tiap mulainya proyek sampai selesai. Sistem akuntansi konstruksi membutuhkan bahwa tiap proyek individual di daftar pada awal jurnal, diikuti dengan persyaratan konstruksi. Kemudian diikuti pula denan catatan transaksi dan pristiwa. Transaksi dicatat dibawah pengawasan penanggung jawab proyek, yang disebut dengan arsitek. Persyratan pengawasan yang sama juga berlaku bagi akuntansi peternakan dan menyarankan adanya kontrol internal. Tiap item dicatat dalam jurnal termasuk penerimaan matrial, pembayaran gaji bagi tukang kayu, tukang batu dan pekerja konstruksi lainnya. Sistem akuntansi konstruksi mensyaratkan bahwa surplus atau defisit penyelesaian proyek akan dihitung dan diungkap, dan tiap perbedaan dijelaskan. Prasyarat ini menyarankan penggunaan budgeting (penganggaran)

Rice Farm Accounting (Agricultural Accounting):Hal ini nampaknya merupakan sistem non-moneter karena memerlukan pencatatan quantitas padi yang diterima dan dibayar serta spesifikasi lahan hasil pertanian. Sistem ini dijelaskan oleh Al-Mazadarany dan Al-Khawarizmy dengan tidak adanya pemisahan tugas antara pencatatan dan pengaturan persediaan. Hal ini tidaklah biasa-sistem akuntansi yang lain mempersatukan spesifik internal dan prosedur kontrol umum. Hal ini nampaknya bahwa dalam bentuk ini didesain bagi kepemilikan negara untuk tujuan perhitungan penerimaan padi dan distribusi zakat dibanding dalam bentuk moneter. Prasyarat unuk mengidentifikasi lahan dimana padi dipanen dan distrik pembayaran zakat juga disarankan Sistem non-moneter akuntansi pertanian mirip dengan akun grain-nya Zenon atau Appianus Egyptian, sebagaimana disebutkan okeh Macve (1994, p. 59) hal ini pula memerlukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran butir padi dalam bentuk fisik tanpa merujuk pada ukuran moneter.

Warehouse Accounting: jenis ini didesain untuk akun pembelian persediaan negara. Sistem ini ditempatkan dibawah pengawasan secara langsung oleh seseorang yang dikenal dapat dipercarcaya. Sistem ini mensyaratkan pencatatan detail dari tiap barang yang diterima dan sumber pengiriman dalam buku yang dipersiapkan untuk tujuan tersebut. Kecepatan dan ketepatan pencatatan pembayaran barang di tiap buku khusus dibutuhkan. sehingga paling tidak ada dua buku khusus yang digunakan dalam sistem ini. Namun disini tidak dinyatakan apakah hanya pencatatan barang yang diterima dan dikeluarkan dalam bentuk moneter, atau dalam bentuk fisik maupun moneter, meskipun yang terakhir tampak seperti praktek sekarang ini. Hal tersebut juga memerlukan bahwa hitungan persediaan dilakukan pada akhir tahun keuangan dan hasilnya diperbandingkan dengan persediaan yang dicatat dalam buku. Menjadi kewajiban untuk menyelediki penyebab perbedaan dan menanyakan kepada penjaga simpanan tentang hal itu. Penjaga simpanan secara personal mengerti tiap kejadian antara yang ada di buku dengan persediaan aktual. Dengan demikian warehouse accounting (akuntansi gudang) berbeda dari “dunia kuno, dimana persediaan barang di jaga dalam bentuk quantitatif, bentuk fisik” (Macve, 1996, p. 6). Hal ini mengkofirmasikan bahwa sistem kontrol internal berjalan karena adanya penjaga simpanan bukan bagian pembukuan. Skala persediaan merujuk pada akuntansi gudang, hal ini kurang lebih sama dengan yang digunakan oleh perusahaan swasta.

Mint Accounting (Currency Accounting): Sistem akuntansi ini dirancang dan diimplementasikan di negara Islam sebelum abad ke 14 M, sistem ini memerlukan kecepatan konfersi emas dan perak yang diterima oleh otoritas keuangan dalam bentuk batangan atau koin. Lebih jauh sistem ini mensyaratkan kecepatan pengiriman batang emas dan koin kepada pihak berwenang. Hal ini menyarankan bahwa sistem tidak mengizinkan bahan baku (emas dan perak) atau produk akhir (emas batangan dan koin) disimpan untuk waktu lama. Syarat kecepatan konfersi, pencetakan dan penyerahan diinisiasi untuk mencegah pencurian. Emas batangan dan koin akan diserahkan pada departemen yang setara dengan departemen keuangan sekarang. Sistem akuntansi pencetakan uang mensyeratkan tiga jurnal khusus. Yang pertama digunakan untuk mencatat persediaan, kedua untuk mencatat penerimaan dan yang ketiga digunakan untuk mencatat pengeluaran. Pembelian dan gaji adalah contoh biaya yang dimasukkan oleh otoritas pencetakan, dan juga merupakan kewajiban untuk mencatat perjanjian dan kondisi layanan yang disediakan oleh otoritas pencetakan dalam jurnal pengeluaran. Penerimaan otoritas pencetakan dikalkulasikan sekitar 5% dari biaya emas dan perak, atau sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. Kriteria aplikasi dan kalkulasinya tidak disebutkan oleh Al-Mazandarany dan Al-Khawarimy.

Sheep Grazing Accounting: Akuntansi bentuk ini diinisiasi dan diterapkan oleh otoritas pemerintahan di negara Islam, dan digunakan oleh pihak swasta untuk mengukur keuntungan atau kerugian untuk tujuan zakat. Akuntansi penggembalaan (Sheep Grazing Accounting) ini berbeda dengan akuntansi peternakan ala Yunani dan Roma “dimana akun-akunnya tidak dimaksudikan untuk menunjukkan lebih dari pergerakan kas dan sejenisnya,… ” [Macve, 1994, p. 78] dibawah sistem ini semua hewan yang diserahkan pada penggembala dicatat dalam buku yang dirancang sesuai tujuan tersebut. Penerimaan pendapatan baik dalam bentuk kas atau yang lainnya juga dicatat. Penerimaan yang diterima oleh penggembala termasuk binatang dan produk kambing. Sistem ini sepertinya menggunakan beberapa buku khusus karena persyaratan untuk mencatat ‘hewan yang diserahkan’-aset, dalam sebuah buku yang digunakan untuk mencatat pengeluaran. Hal ini belum jelas apakah binatang yang diterima dicatat sebagai penerimaan atau dikapitalisasikan dan dicatat dalam buku aset. Baik Al-Mazendarany atau Al-Khawarizmy tidak mengelaborasi isu ini. Klasifikasi yang sesuai dan pengungkapan yang memadai merupakan corak akuntansi peternakan yang membutuhkan pemisahan klasifikasi domba jantan, domba betina, kambing dan yang sejenisnya. Sistem ini juga mensyaratkan pencatatan yang sesuai dan klasifikasi penyembelihan domba dan pendistribusian produk daging, sekali lagi, buku yang relevan tidak di spesifikasikan baik oleh Al-Mazendarany atau Al-Khawarizmy. Kerugian juga dicatat dalam buku, termasuk hal yang berkaitan dengan bencana seperti kekeringan.

Treasury Accounting: sistem ini digunakan oleh pemerintah dan memerlukan catatan rutin semua penerimaan perbendaharaan dan pembayaran. Sepertinya pengukuran moneter dan non moneter digunakan sebagai catatan penerimaan perbendaharaan dan pembayaran dalam bentuk kas dan yang sejenisnya. Hal ini termasuk persediaan yang dibutuhkan oleh pemerintah dan atau sultan seperti emas, perak, obat-obatan dll. Meskipun terdapat prasyarat umum untuk mencatat transaksi dengan cepat dan aplikatif bagi semua sistem akuntansi, (lihat prosedur 1 dibawah), tidak seperti sistem lain, sistem ini secara khusus dibutuhkan dalam akuntansi perbendaharaan

Sistem akuntansi perbendaharaan memerlukan ketetapan pemisahan kolom bagi transaksi kas. Transaksi non kas diklasifikasikan menurut sifat, warna dan spesifikasi lain, dan kemudian di catat secara detail. Sistem ini juga membedakan dua metode pencatatan yakni metode Arab dan Persia. Metode Arab membutuhkan pencatatan arus kas masuk dan barang di sebelah kanan jurnal dan arus kas keluar di sisi kiri jurnal, hal ini menyarankan bahwa fungsi jurnal baik untuk jurnal dan buku besar, dan hal ini dapat pula menjelaskan ketiadaan buku besar terpisah dalam sistem ini. Halaman berbeda juga dialokasikan bagi tiap item (akun). Nyatanya bahwa sebagian besar pembukuan adalah orang Arab yang mendorong penggunaan metode Arab. Metode persia membutuhkan dua buku terpisah, satu untuk arus kas masuk dan barang dan yang satunya untuk arus kas keluar dan barang. Metode Persia tidak membutuhkan itemisasi arus masuk dan arus keluar kas dan barang, sebagaimana metode Arab, dengan demikian hal ini menjelaskan mengapa metode Arab dianggap superior.

Kebutuhan akan standarisasi informasi nampaknya menjadi prioritas dalam perencanaan dan implementasi sistem akuntansi. Sistem yang sama diaplikasikan bagi siapa saja yang berwenang. Standarisasi informasi juga terbukti pada laporan akuntasi pada periode berbeda Misal dari pelaporan ini adalah Al-Khatimah (laporan bulanan) dan Al-Khatimah Al-Jame’ah (Laporan terahir keseluruhan), [Al-Khawarizmy, 1984, pp. 52, 81]. Sejalan dengan sistem akuntansi dan kebutuhan bagi generasi penerus, laporan terstandar lebih jauh didorong spesifikasi dokumen pendukung dan prosedur pencatatan umum. Yang terakhir adalah subjek bahasan selanjunya.

D. Prosedur Pencatatan Pada Masyarakat Muslim

Pengembangan dan implementasi sistem akuntansi pada negara Islam didukung oleh prosedur wajib pencatatan. Beberapa prosedur-prosedur tersebut memilki sifat-sifat umum dan digunakan untuk tiap sistem akuntansi sementara yang lain memilki sifat khusus dan berhubungan dengan sistem tertentu. Pengenaan zakat dan perbedaan dari sejumlah pendapatan, pengeluaran dan aktifitas terkait yang besar di negara Islam karenanya memerlukan adanya prosedur kontrol. Prosedur-prosedur ini dapat membuat petugas mampu memonitor dan menemukan tiap difisit dan surplus pada perbendaharaan negara yang muncul dari imbalanced book. Dua kasus yang merefleksikan efektifitas kontrol internal ini adalah. Pertama temuan difisit satu dirham dalam Baitul Maal yang ditemukan oleh sahabat nabi Saw Amer Bin Al-Jarrah yang melaporkannya pada khalifah kedua, Umar Bin Khattob (Lasheen, 1973, p. 13). Al-Mazendarany (765 H, 1363) juga menguraikan pentingya kontrol internal untuk diimplementasikan di seluruh Diwan. Kasusu kedua adalah temuan pengeluaran tidak tercatat yang menghasilkan defisit. Defisit ini mengakibatkan akuntan membayar 1.300 dinar untuk tidak mencatat transaksinya. Biaya penghapusahan ini kemudian terungkap ketika neraca pembukuan diperbandingkan dengan jadwal dan neraca lain di diwan utama pada tahun keuang terakhir (Lasheen, 1973, p. 13) hal ini juga mengindikasikan bentuk audit telah dipraktekkan setelah pendirian negara Islam pada tahun 622 M.

Lasheen (1973, pp.163-165) mencatat beberapa prosedur pencatatan umum diimplementasikan setelah abad ke 2 H (8 M) contoh prosedur pencatatan yang dikembangkan dan diaplikasikan oleh pemerintah dan swasta pada negara Islam adlah sebagai berikut:

1. Transaksi harus dicatat sesegera mungkin ketika terjadi

2. Transaksi diklasifikasikan menurut sifatnya. Hal ini membutuhkan tiap transaksi yang sama dan homogen diklasifikasikan dibawah satu akun dan satu pencatatan]

3. Penerimaan dicatat di sebelah kanan dan sumber penerimaan diidentifikasi dan diungkap

4. Pembayaran dicatata dan secukupnya dijelaskan di sisi kiri

5. Catatan Transaksi secara hati-hati dijelaskan

6. Tidak ada tempat yang ditinggalkan diantara dua transaksi. Jika adanya ruang yang ditinggal karena alasan tertentu, maka garisnya harus digambar melwati ruang. Garis ini disebut Attarkeen

7. Koreksi catatan Transaksi dengan menulis ulang atau menghapus adalah hal yang dilarang. Jika Al-Kateb (Akuntan) salah dalam estimasi jumlah, ia harus membayar perbedaan tersebut kepada Diwan. Jika pengeluaran telah dihapus, Alketab diharuskan membayar dalam bentuk tunai walaupun dapat dibuktikan pengeluaran tersebut benar-benar terjadi.

8. Jika Akun telah ditutup, tanda tangan tertentu di tempatkan dalam pembukuan untuk merefleksikan pengungkapan akun

9. Tiap Transaksi yang sama dicatat dalam buku utama yang kemudian diposting dalam buku khusus yang disediakan untuk tipe transaksi tersebut

10. Posting pada tiap transaksi yang serupa dilakukan oleh orang yang tidak berhubungan dengan pencatat transaksi harian dan buku lain.

11. Neraca, disebut Al-Hasel (perbedaan diantara dua jumlah), harus diekstrak

12. Laporan bulanan dan/atau tahunan harus disiapkan. Laporan ubu harus detail dan menyediakan informasi yang cukup, contohnya, panen yang akan datang, ketika terjadi dan bagaimana distribusinya

13. Pada akhir tiap tahun keuangan, sebuah laporan harus disiapkan oleh Al-Kateb mendetailkan semua barang dan dana dibawah wewenang dan managementnya

14. Laporan berkala disiapkan oleh Al-Kateb akan direview (audit) dan diperbandingan dengan laporan tahun sebelumnya dan dengan laporan yang disimpan dalam diwan

Laporan 1 dan 2, terkait dengan waktu pencatatan dan kepentingan klasifikasi, yang diinisiasi untuk tujuan zakat. Sesuai dengan ketentuan syari;ah tipe pendapatan tertentu adalah subjek zakat, sementara aset (kecuali untuk kebutuhan personal) adalah subjek zakat hanya jika sudah mencukupi 12 bulan sejak pembelian. Periode 12 bulan ini dikenal dengan istilah Al-Hawl. Konsep periodesasi ini telah menjadi corak dalam Akuntansi Islam sejak tahun 624 M. kecepatan pencatatan dan klasifikasi adalah suatu hal penting dalam perhitungan zakat pendapatan dan kekayaan yang disimpan. Asset diklasifikasikan menurut tipenya masing-masing seperti peralatan, hutang, kas dll. Untuk tujuan zakat aset tertentu diklasifikasikan lebih jauh lagi. Ini adalah kasus hutang dimana hutang disubklasifikasikan kedalam tiga kategori seperti Ar-Ra’ej Men Al- Mal (collectable debts), Al-Munkaser Men Al-Mal (uncollectable debts) and Al-Mutha’adhdher Wal Mutahayyer Wal Muta’akked Men Al- Mal (difficult, doubtful and complicated debts) [AlKhawarizimy, 1984, p. 82].

Prosedur 3 terkait dengan credit entries sementara prsedur empat menggambarkan debit entries. Sementara Heaps (1985) menyatakan bahwa “Dunia kuno memasukan penerimaan dan pengeluran uang pada halaman yang berlawanan seperti Debet dan Kredit” (pp.19-20) ia tidak mengidetifikasikan “sejarah” ini walaupun mereka memasukkan negara Islam. Prosedur 3 dan 4 menyiratkan “Metode Arab” dibawah akuntansi perbendaharaan yang mensyaratkan pencatatan arus masuk, “debit” di sebelah kanan dan arus keluar “kredit” di sebelah kiri. Hal ini memungkinkan dua halam tersebut digunakan, dimana debit entries dicatat disebelah kanan dan credit entries disebelah kiri. Sehingga, halaman tersebut dibagi dalam dua kolom untuk mencatat debit dan kredit. Format ini berbeda dengan Yunani dan Romawi dimana pembukuan ditetapkan “sebagian besar dalam istilah penerimaan dan pengeluaran daripada debit kredit…mereka tidak pernah sejauh memisahkan apa yang sekarang kita sebut debit dan kredit dengan memasukkan keduanya dalam kolom terpisah” [de Ste Croix, 1956, p. 14]. Tidak ada bukti untuk menyarankan bahwa bentuk pencatatan ini, sebagaiman di minta dalam prosedur 3 dan 4 merepresentasikan bentuk double-entry bookkeeping, namun hal ini menjadi pendahuluan bagi pengembangan sistem double entry bookkeeping.

Prosedur 5 membutuhkan kehati-hatian dalam menjelaskan pencatatan transaksi. Seperti diasosiasikan dengan audit. Auditing mewajibkan dan fokus pada buku akun Al-Kalkashandy (1913, vol 1, pp. 130-139 menjelaskan peran reviewer (auditor) dengan mengatakan:

…adalah suatu hal yang umum bagi seseorong untuk tidak melihat kesalahannya namun bisa melihat kesalahan orang lain, maka penting bagi kepala Diwan untuk menunjuk seseorang untuk mereviewnya. Orang ini harus memilki standar bahsa yang tinggi, penghafal Qur’an (hafidz), cerdas, bijaksana, dapat dipercaya dan bukan orang yang merugikan ataupun bermusuhan, ketika reviewer puas dengan isi buku yang telah direview, ia harus menandatangai pada buku tersebut sebaai indikasi kepuasannya akan konten yang terkandung didalamnya.

Prosedur 6 membutuhkan tidak ada ruang sisa antar transaksi dan jika ada ruang yang tertinmggal dengan berbagai alasan, sebuah garis dibutuhkan untuk digambar pada sebrang halaman. Hal ini menunjukkan risiko misinterpertasi dan manipulasi, jika garis kosong atau halaman tertinggal dalam bukun akuntansi. Prosedur ini sebagai pelengkap prosedur 1, dan dirancang untuk menghindari perhitunan ganda transaksi daripa kejadian aktualnya. Dengan demikian hal ini mengindikasikan signifikansi kotroling dalam negara Islam.

Bentuk lain dari kontrol internal yang melengkapi prosedur 1 dan 6 dikhususkan pada prosedur 7. Pelarangan penulisan berlebihan dan penghapusan pada prosedur ini dimaksudkan untuk koreksi atas pencatatan transaksi. Yang bisa diinterpertasikan sebagai peringatan bagi mereka yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik sebagai hukumannya adalah dikenakan denda pada tiap perbedaan antara transaksi aktual dengan apa yang dicatat. Pembayaran denda oleh al-kateb meski kejam namun cukup efektif.

Prosedur 8 dimaksudkan untuk mencegah Al-Kateb dari memasukkan transaksi setelah tanggal penutupan, prosedur ini memerlukan ‘tanda tangan khusus pada buku’ sifat dari tanda khusus tersebut tidak dijelaskan namun merujuk pada tanda uniq sebagai tanda tangan orang yang berwenang dalam diwan (Departemen Akuntanasi). Pensyaratan prosedur ini lebih jauh mengkonfirmasikan aplikasi cut-off dan periodisasi.
Prosedur 9 membutuhkan posting bagi transaksi yang mirip dari buku utama ke buku khusus. Posting ini dapat diinisiasi untuk tujuan persiapan pernyataan keuangan seperti Al-Khitmah and AlKhitmah Al-Jame’ah, meski tidak dinyatakan dalam buku khusus atau jurnal khusus, namun nampaknya dinyatakan dalam lajur. Kegunaan lajur khusus tersebut digunakan pada saat khalifah ke 5, Omar bin Abdul Aziz (khalifah bani Umayah), yang hidup antara tahun 61 dan 101 H (681-720 M) dan memerintah antara tahun 99 dan 101 H (718-101 M) (Ibn Saad, 1957, vol 1, p 400). Prosedur pencatatan ini dapat berfungsi sebagai kontrol internal untuk pengumpulan dna pembayaran zakat sebagaimana tercatat pengumpulan zakat dan distribusianya adalan yang pertama kali dicatat dalam jurnal umum dan kemudian diposting kedalam jurnal khusus yang sesuai, merepresentasikan tipe zakat yang dikumpulkan atau dibayarkan. Pernyataan ini didukung oleh prosedur 10 yang secara explisit mensyaratkan posting oleh

C. Kesimpulan

Makalah ini mengungkapkan berbagai macam sistem akuntansi yang dikembankan dan diimplementasikan dalam masyarakat muslim untuk memenuhi kebutuhan negara Islam dalam rangka menjalankan syari’ah, zakat adalah faktor terbesar dalam berkontribusi terhadap pengembangan sistem akuntansi, pebukuan, prosedur pencatatan dan pelaporan. Sistem akuntansi ini memerlukan pendirian dan spesifiasi pencatatan dan prosedur kontrol. Klasifikasi transaksi dan pengungkapan yang sesuai menjadi bagian integral dari berbagai macam sistem akuntansi tersebut. Pernyataan keuangan baik bulanan maupun tahunan disiapkan berdasarkan periodisasi. Penganggaran juga merupakan corak dalam sistem akuntansi dan digunakan sebagai prosedur kontrol internal selain digunakan sebagai alat analisa dan interpertasi pernyataan keuangan bulanan maupun tahunan. Auditing adalah pkartek yang telah dijalankan dalam negara Islam.

Meski sistem-sistem tersebut dirancang dan diimplementasikan oleh otoritas pemerintah, nampaknya pengusaha muslim juga mengadopsinya untuk tujuan zakat. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa prosedur pencatatan dikembangkan dan dijalankan dalam masyarakat Muslim yang mirip dengan apa yang ditrapkan di Eropa pada abad pertengahan. Bahkan, Ball (1960) menyatakan “Kita secara kuat menduga bahwa pedagang Italia mengabaikan metode pembukuan yang digunakan oleh pelanggan terbaik mereka” (pp.208-209) dan dianatara mereka adalah pengusaha muslim. Hubungan antara sistem akuntansi yang dikembangkan di negara Islam dan pengembangan berikutnya masih merupakan subjek penelitian sejarah

REFERENCES

Abu-Addahab, Ashraf Taha (2002), Islamic Dictionary (Cairo: Dar Ash-Hhorook).

Sistem Informasi Akuntans

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sebuah sistem informasi yang menangani segala sesuatu yang berkenaan dengan Akuntansi. Akuntansi sendiri sebenarnya adalah sebuah sistem informasi. Fungsi penting yang dibentuk SIA pada sebuah organisasi antara lain :

  • Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi.
  • Memproses data menjadi into informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
  • Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi.

Subsistem SIA memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi nonkeuangan yang secara langsung memengaruhi pemrosesan transaksi keuangan.

SIA terdiri dari 3 subsistem:

  • Sistem pemrosesan transaksi

mendukung proses operasi bisnis harian.

  • Sistem buku besar/ pelaporan keuangan

menghasilkan laporan keuangan, seperti laporan laba/rugi, neraca, arus kas, pengembalian pajak.

  • Sistem pelaporan manajemen

yang menyediakan pihak manajemen internal berbagai laporan keuangan bertujuan khusus serta informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran, laporan kinerja, serta laporan pertanggungjawaban.

 Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen memproses berbagai transaksi non-keuangan yang tidak bisa diproses oleh SIA biasa. tapi bagaimana juga sistem juga di lakukan dengan kerja bersama time…dengan mendukung semua ide dari masing2 group yang melakukan kerja dilapangan…..dan bagaimana kita memberikan semangat yang tinggi buat karyawan….perusahaan

 Cara Kerja

Untuk memahami bagaimana SIA bekerja, perlu untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut :

  • Bagaimana mengoleksi data yang berkaitan dengan aktivitas dan transaksi organisasi?
  • Bagaimana mentransformasi data kedalam informasi sehingga manajemen dapat menggunakan untuk menjalankan organisasi?
  • Bagaimana menjamin ketersediaan, keandalan, keakuratan informasi ?

Manfaat

Sebuah SIA menambah nilai dengan cara:

  • Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga dapat melakukan aktivitas utama pada value chain secara efektif dan efisien.
  • Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa yang dihasilkan
  • Meningkatkan efisiensi
  • Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Meningkatkan sharing knowledge
  • menambah efisiensi kerja pada bagian keuangan

CINTA TANAH AIR

Bisa dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dilahirkan oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air & bangsa, kalau tidak, mungkin saat ini kita bangsa Indoneia masih dijajah oleh Belanda yang luas negaranya dibandingkan pulau Bali saja masih luasan pulau Bali. Kita harus sangat terimakasih kepada para tokoh yang mencentuskan pembentukan organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, para pencetus Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dan para tokoh yang memungkinkan terjadinya proklamasi 17 Agustus 1945. Mereka adalah contoh paling pas untuk dijadikan tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cintanya pada tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri yang kita harus hormati sepanjang masa.

Bagaimana dengan saat ini, masih adakah diantara kita yang mencintai tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri? Atau pertanyaan ini pertanyaan yang cukup bodoh untuk diajukan? Siapa yang masih perlu mecintai tanah air dan bangsa Indonesia? Yang penting asal kita bisa hidup cukup sandang, pangan dan papan sudah cukup, kalau ada kelebihan sedikit untuk bisa jalan-jalan ke mall, makan enak di café, atau pergi karaokean kan sudah cukup, untuk apa mikirin cinta tanah air dan bangsa! Bahkan kalau mungkin bisa punya rumah yang megah, mobil mewah, dan menyekolahkan anak keluar negeri, setiap tahun bisa liburan kemana kita mau pergi kan sudah lebih dari cukup! Tapi masih ada juga dari bangsa kita yang bergulat dengan kemiskinan untuk makan saja susah dan tinggal di rumah yang lebih mirip kandang dari pada disebut rumah, dan jumlahnya juga tidak sedikit bisa mencapai 50 juta jiwa bangsa Indonesia, apakah masih ada perlunya mencintai tanah air dan bangsa?.

Apakah masih relevan kita mencintai tanah air dan bangsa pada zaman globalisasi ini? Bukankah tanah air dan bangsa ini sudah nggak jelas batas-batasnya dengan adanya era globalisasi? Ada internet yang menghubungakan setiap orang untuk bisa berhubungan satu sama lain setiap saat keseluruh dunia. Belum lagi adanya Hand Phone atau kalau diluar negeri lebih dikenal dengan nama Mobile Phone, yang juga kita bisa berhubungan dengan siapapun ke hampir seluruh pelosok dunia. Kalau secara fisik mau bertemu ada yang namanya penerbangan murah yang siap menerbangkan kita kemana saja dengan harga yang murah (bagi yang terjangkau). Kenapa kita mau membatasi hanya tanah air dan bangsa Indonesia saja.

Kita juga bisa bertanya apakah bangsa Amerika, bangsa Jepang, bangsa China, bangsa Singapore (walupun kecil mereka marah kalau tidak disebut Singaporean), bangsa Malaysia, bangsa Korea masing-masing tidak lagi mencintai tanah air dan bangsa mereka sendiri-sendiri toh secara bersama-sama telah menjadi warga dunia. Saya tidak tahu jawabnya, kalau ketemu mereka kita bisa bertanya apakah mereka masih bangga menjadi bangsa mereka sendiri sebagai suatu indikasi bahwa mereka mencintai tanah air dan bangsanya atau lebih bangga menjadi warga dunia? Kita juga bisa bertanya pada diri kita sendiri kita lebih bangga menjadi bangsa Indonesia atau lebih bangga menjadi warga dunia atau mungkin lebih bangga jadi bangsa lain?

Belajar dari bangsa Korea

Ada yang konsisten yang tetap dilakukan oleh oleh mereka dalam periode dua kali kunjungan tersebut, yang mungkin masih dilakukan mereka sampai saat ini, yaitu penghormatan mereka terhadap lagu dan bendera kebangsaan mereka. Setiap hari dua kali, pagi hari menaikkan bendera dan sore hari menurunkan bendera, setiap kegiatan (kecuali kendaraan yang melaju dijalan) berhenti dan setiap orang berdiri untuk menghormati penaikan bendera dan penurunan bendera. Walaupun mereka sedang jalan, mereka berhenti, walaupun mereka sedang makan, mereka berhenti dan berdiri, walaupun sedang sekolah, sedang meeting, mereka berhenti dan berdiri. Ini jelas refleksi penghormatan pada lagu kebangsaan dan bendera kebangsaan sebagai simbolisasi kecintaan bangsa Korea pada tanah air dan bangsanya.

Ternyata melalui media TV dengan membuat film seri bertema sejarah yang dibuat dengan biaya yang luar biasa besar dengan kwalitas suara dan gambar HDTV (High Difinition TV), dengan aktor dan aktris yang hebat yang membuat kita yang menonton dibuat kagum dengan bangsa Korea dan memaksa kita mempelajari sejarah bangsa Korea. Bahkan generasi muda Korea juga dibuat tergugah dengan film seri ini ini ter-refleksi pada forum internet seperti “www.soompi.com” yang membahas dan mengikuti perkembangan dan membahas dengan atusias film seri TV tersebut.

Korea adalah kerajaan besar dengan nama Goguryeo yang mengalahkan Dinasti Han dari Cina dan menguasai area seluruh jasirah Korea sampai dengan sebagai besar Manchuria saat ini. Film seri ini memceritakan perjuangan Jumong pendiri negara Goguryeo, membentuk Dinasti yang berumur sampai 600 tahun yang akhirnya dikalahkan oleh Dinasti Tang dari China yang mendapat bantuan dari negara kecil di Korea bagian selatan, Silla.

Mungkin motivasi produsennya adalah sepenuhnya komersial, dan secara komersial memang fim seri Jumong sangat unggul dibandingkan dengan flim seri serupa buatan China, Hongkong, atau Taiwan. Tapi kenapa bisa menimbulkan gelombang kebanggaan pada masyarakat Korea, pasti ada unsur idealis semacam propaganda yang seolah-olah Korea ingin mengatakan pada dunia, ini adalah Korea yang sebenarnya yang telah pernah mengalami masa kejayaannya, tidak kalah besar dengan bangsa Cina atau Jepang .Bangsa Korea ingin menunjukan identitas nasional mereka, kecintaan mereka sebagai bangsa Korea, yang memang saat ini sudah sangat maju dari sisi tehnologi, dan mencoba membangkitkan kembali dengan memanfaatkan tehnologi yang ada kebanggaan mereka sebagai bangsa Korea yang kuat dan besar. Menurut saya melalui film TV seri ini cukup berhasil. Ada selentingan bahwa film TV seri ini dilarang diputar di Cina, karena ada komplikasi versi sejarah Cina berkenaan dengan area kekuasaan Goguryeo yang saat ini merupakan bagian dari Cina.

Film TV seri Jumong ini berhasil mencapai rating berkisar antara 40% s/d 60% tergantung eposidenya, yang suatu rekor di masyarakat Korea itu sendiri untuk film seri bertemakan sejarah. Kemudian film TV seri ini secara overlap diikuti dengan film seri Dae Joyoung yang total episodenya mencampai 134 dengan tayang 60 menit setiap episode. Film seri ini menceritakan kejatuhan kerajaan Goguryeo pada abad ke 6, dibawah kepemimpinan Jendral Yeon Gaesomun berhasil berkali-kali mengalahkan serangan Dinasti Tang yang dipimpin langsung oleh kaisarnya, Kaisar Li Shi Min, dan baru bisa dikalahkan setelah Li Shi Min meningal digantikan oleh anaknya dengan bantuan negara kecil Korea bagian Selatan, Silla. Kemudian salah satu panglima perangnya Dae Joyoung melanjutkan Dinasti Goguryeo dengan mendirikan kerajaan Balhae di area Manchuria saat ini. Walaupun tidak sehebat TV Seri Jumong, Dae Joyoung juga cukup mendapatkan perhatian di masyarakat Korea. Ternyata melalui media film TV seri, Korea bisa membangkitkan cinta tanah air dan bangsa.

Sejarah sebagai inspirasi cinta tanah air dan bangsa

Pada hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Pada keadaan yang amburadul saat ini apa yang bisa dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia? Generasi “founding fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa yang pada akhirnya berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja rasa cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi bangsa Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita sebagai bangsa.

Bangsa Korea yang selalu memotivasi dirinya dengan menghormati bendera dan lagu kebangsaannya, selalu memotivasi bangsanya untuk mencintai tanah air dan bangsanya. Walaupun dengan prestasi yang produk elektonik dan automotif-nya yang mampu ikut meramaikan pasaran dunia, Koreapun masih menggali inspirasi sejarah untuk diceritakan pada dunia bahwa bangsa Korea adalah bangsa yang besar dan hebat.

Bung Karno dulu juga sering menceritakan kebesaran kerajaan Majapahit untuk memotivasi bangsa Indonesia bahwa kita dulu adalah negara yang besar, dengan kekuatan armada lautnya bisa menguasai seluruh Nusantara, termasuk Singapore, Malaysia, Madagaskar, bahkan juga selatan Taiwan. Bahkan menurut sejarah dulu Singapore itu namanya Temasek, dan yang memberi nama ini adalah patih Gajahmada, oleh Raffles entah kenapa diganti jadi Singapore.

Kadang-kadang saya membayangkan kalau kisah kejayaan Gajahmada/Majapahit dibuat film TV seri dengan kwalitas seperti film TV Seri Korea, pasti bisa menumbuhkan kembali, kecintaan kita pada tanah air dan bangsa Indonesia. Pernah pada suatu saat ada bisnis meeting yang dihadiri oleh delegasi seluruh Asia Tenggara, pada waktu makan malam saya cerita pada mereka bahwa dulu di Indonesia pada abad ke 13 pernah ada kerajaan Majapahit yang menguasai Singapore, Malaysia, bahkan sampai ke Madagastar dan selatan Taiwan, mereka memandang bengong ke saya, seolah-olah saya orang yang baru mimpi atau orang gila barangkali dan mereka tidak ada yang percaya. Pasti mereka punya versi sejarah masing-masing yang berbeda dengan versi kita atau mungkin tidak pernah diceritakan perihal kerajaan Majapahit abad ke 13 ini. Oleh karena itu Korea perlu menceritakan sejarah versinya (yang sudah pasti beda dengan versi Cina dan versi Jepang) kepada dunia melalui media yang mendunia, tentang kebesaran bangsa Korea masa lalu.

Sungguh disayangkan, kwalitas film TV seri kita tidak bisa membuat saya tergerak untuk menonton satupun, kalau sekelibat lihat di TV, tehniknya sangat primitif, akting aktor dan aktrisnya amburadul, apa bisa membuat pemirsa seluruh dunia mau menonton? Kalau ada insan film dan produsen kaya nasionalis yang membaca artikel ini, anggap saja ini satu tantangan untuk membuat film TV seri Gajahmada / Majapahit dengan kwalitas seperti film TV seri Korea, Jumong atau Dae Joyoung yang bisa diputar mendunia (kalau diputar mendunia pasti menguntungkan juga akhirnya).

Walaupun bagaimana, Indonesia ini adalah tanah air dan bangsa kita sendiri yang kita wajib untuk mencintainya dengan segala kekurangannya. Sungguh sayang apabila warisan NKRI yang sudah diwariskan kepada kita dengan banyak pengorbanan darah dan airmata dari para “founding fathers” ini tidak kita cintai untuk dijadikan Negara dan Bangsa yang maju dengan masyarakatnya yang adil, makmur dan sejahtera seperti halnya negara-negara maju lainya seperti USA, Jepang, Singapore, dll Semoga pada suatu saat ada pemimpin setaraf Bung Karno dalam hal membangkitkan kecintaan kita pada tanah air dan bangsa, sehingga seluruh komponen bangsa dengan sungguh-sungguh mau bekerja demi kejayaan Indonesia (bukan dengan sukaria merampok Indonesia, atau membantu para perampok yang hidup mewah di Singapore/Hongkong). Sehingga harapan dari WS Rendra seperti yang dikatakan pada pengukuhannya mendapat gelar Doctor HC, jaman Kalabendu (jaman malapetaka) saat ini segera akan digantikan dengan jaman Kalasuba (jaman sukaria) tidak usah menunggu kedatangan Ratu Adil.

 

 

Hak Asasi Manusia

Secara sederhana, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki oleh setiap umat manusia sejak terlahir di dunia. Hak tersebut menyatu dalam diri seseorang tanpa mengenal bangsa, warna kulit, agama, afiliasi politik dan lain-lainnya1. Semua orang terlahir dengan hak yang sama sama tanpa pengecualian.

Menurut Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM)2, semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Sementara, Undang-Undang No. 39/1999 tentang HAM menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak Asasi Manusia memiliki beberapa prinsip, yaitu:

  1. Universal
  2. Saling terkait
  3. Tidak terpisahkan
  4. Kesetaraan dan non-diskriminasi
  5. Hak Serta Kewajiban Negara
  6. Tidak dapat diambil oleh siapapun

Saat ini, HAM telah menjadi standar norma internasional untuk melindungi setiap manusia dari setiap tindakan; baik secara politik, hukum dan sosial yang melanggar hak seseorang. Acuan utama dalam HAM adalah Deklarasi Hak Asasi Manusia. Dalam deklarasi tersebut, terdapat 10 hak dasar dari setiap manusia yang wajib dijamin oleh setiap negara, yaitu:

  1. Hak Untuk Hidup: hak untuk hidup dan meningkatkan taraf hidup, hidup tentram, aman dan damai dan lingkungan hidup
  2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan: Hak untuk membentuk suatu keluarga melalui perkawinan yang sah
  3. Hak Mengembangkan kebutuhan dasar: hak untuk pemenuhan diri, hak pengembangan pribadi, hak atas manfaat iptek, dan hak atas komunikasi
  4. Hak memperoleh keadilan: hak perlindungan hukum, hak keadilan dalam proses hukum, dan hak atas hukum yang adil
  5. Hak atas kebebasan dari perbudakan: hak untuk bebas dari perbudakan pribadi, hak atas keutuhan pribadi, kebebasan memeluk agama dan keyakinan politik, kebebasan untuk berserikat dan berkumpul, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, dan status kewarganegaraan
  6. Hak atas rasa aman: hak mencari suaka dan perlindungan diri pribadi
  7. Hak atas kesejahteraan: hak milik, hak atas pekerjaan, hak untuk bertempat tinggal layak, jaminan sosial, dan perlindungan bagi kelompok rentan
  8. Turut serta dalam pemerintahan: hak pilih dalam pemilihan umum dan hak untuk berpendapat
  9. Hak perempuan: hak pengembangan pribadi dan persamaan dalam hukum dan hak perlindungan reproduksi
  10. Hak anak: hak hidup untuk anak, status warga negara, hak anak yang rentan, hak pengembangan pribadi dan perlindungan hukum, dan hak jaminan sosial anak.

Di Indonesia, Hak Asasi Manusia dimasukkan dalam konstitusi negara melalui Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-2, Bab XA pasal 28A. Kemudian dikuatkan juga oleh Undang-Undang No. 39/1999 tentang HAM; Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

 

KEWARGANEGARAAN

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memilikipaspor dari negara yang dianggotainya.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggriscitizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggrisnationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam filosofi “kewarganegaraan aktif”, seorang warga negara disyaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (bahasa InggrisCivics) yang diberikan di sekolah-sekolah.

 

 

Kewarganegaraan Republik Indonesia

 

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah

  1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
  2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
  3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya
  4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
  5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
  6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
  7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
  8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
  9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

10.  anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya

11.  anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

12.  anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi

  1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
  2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan
  3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
  4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai berikut:

  1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
  2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia

Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas, dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut dapat menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

Berbeda dari UU Kewarganegaraan terdahulu, UU Kewarganegaraan tahun 2006 ini memperbolehkan dwikewarganegaraan secara terbatas, yaitu untuk anak yang berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Pengaturan lebih lanjut mengenai hal ini dicantumkan pada Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 2007.

 

 

EVOLUSI SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

A. Fokus awal pada data

Selama paruh pertama abad 20, perusahaan pada umumnya mengabaikan kebutuha n informasi para manajer. Pada fase ini penggunaan komputer hanya terbatas pada aplikasi akuntansi.

Nama aplikasi akuntasnsi berbasis komputer pada awalnya adalah pengolahan data elektronik (EDP) kemudian berubah menjadi Data prosesing (DP) dan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) .

B. Fokus baru pada informasi

Tahun 1964 diperkenalkan satu generasi baru alat penghitung yang mempengaruhi cara penggunaan komputer. Konsep penggunaan komputer sebagai SIM dipromosikan oleh pembuat komputer untuk mendukung peralatan baru tsb. Konsep SIM menyadari bahwa aplikasi komputer harus diterapkan untuk tujuan utama menghasilkan informasi manajemen. Konsep ini segera diterima oleh perusahaan besar.

C. Fokus revisi pada pendukung keputusan.

Sistem pendukung keputusan (Decision support system)

sistem penghasil informasi yang ditujukan pada suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer dan keputusan yang harus dibuat manajer.

Manajer tsb. Berada di bagian manapun dalam organisasi pada tingkat manapun dan dalam area bisnis apapun. DSS dimaksudkan untuk mendukung kerja satu manajer secara khusus.

Spesifikasi DSS :

  1. Berfokus pada proses keputusan daripada proses transaksi
  2. Dirancang dengan mudah, sederhana, dapat diterapkan dengan cepat dan mudah diubah.
  3. Dirancang dan dioperasikan oleh manajer
  4. Mampu memberikan informasi yang berguna bagi analisis kegiatan manajerial.
  5. Berkaitan dengan hanya bagian kecil dari masalah besar
  6. Memiliki logika yang serupa dengan cara manajer menganilis situasi yang sama.
  7. Memiliki basis data berisi informasi yang disarikan dari file dan informasi lain organisasi yang berasal dari lingkungan eksternal.
  8. Memungkinkan manajer untuk menguji hasil yang mungkin dari serangkaian alternatif.

D. Fokus pada Komunikasi

Pada waktu DSS berkembang , perhatian juga difokuskan pada otomatisasi kantor (office automation/OA) OA memudahkan komunikasi dan meningkatkan produktivitas diantara para manajer dan pekerja kantor melalui penggunaan alat elektronik.

OA telah berkembang meliputi beragam aplikasi seperti konferensi jarak jauh, voice mail, e-mail, electronik calendaring, facsimile transmission.

E. Fokus potensial pada konsultasi

Komputer dapat diprogram untuk melaksanakan sebagian penalaran logis yang sama seperti manusia, suatu aplikasi yang dinamakan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

 

 

KOMPUTER SEBAGAI ELEMEN DALAM SISTEM INFORMASI

Unit yang paling penting adalah CPU (Central Processing Unit) yang mengendalikan semua unit sistem komputer yang lain, dan mengubah input menjadi output.

CPU mencakup satu unit penyimpanan yang disebut PRIMARY STORAGE, yang berisi data yang sedang diolah, yaitu suatu daftar instruksi yang mengolah data.

Istilah Software digunakan untuk menggambarkan satu atau beberapa program aplikasi.
Control Unit, membuat unit bekerja sama untuk membentuk suatu sistem.

Aritmatic Logical Unit, tempat berlangsungnya operasi perhitungan dan logika.

Nama Processor, digunakan untuk menggambarkan isi Control Unit dan ALU yang mengolah isi “Penyimpanan Primer”.

Karena Penyimpanan Primer terbatas kapasitasnya, diperlukan suatu area penyimpanan tambahan, yang disebut dengan “Penyimpanan Sekunder”, yang menyediakan tempat untuk menyimpan program dan data saat tidak diperlukan.
Program yang disimpan Software Library.
Data yang disimpan Database.
Hasil pengolahan tersebut dicatat oleh Unit Output.

BENTUK PENYIMPANAN PRIMER
1. R.A.M (Random Access Memory), untuk menyimpan software dan data. Memungkinkan operasi baca maupun tulis, tetapi juga disebut VOLATILE, isinya hilang saat listrik dimatikan.
2. R.O.M (Read-Only Memory) , jenis khusus penyimpanan primer yang dapat dibaca tetapi tidak dapat ditulis. R.O.M menyimpan material seperti instruksi-instruksi yang memberitahukan komputer, apa yang harus dilakukan saat dinyalakan. Bersifat NON VOLATILE, isinya tidak terhapus saat listrik dimatikan.
3. Cache Memory, perpindahan instruksi program dan data antara Penyimpanan Primer dan Processor (Control Unit dan ALU) dicapai pada kecepatan yang sangat tinggi. Sejumlah komputer mampu mencapai kecepatan yang sangat tinggi dengan menyertakan RAM khusus yang sangat cepat dan sangat mahal yang ditempatkan antara RAM biasa dan Processor. RAM jenis ini dikenal dengan istilah Cache Memory.

ALAT – ALAT INPUT
1. Unit input yang paling popular adalah Keyboard.
2. Alat Penunjuk (Pointing Device) :
o Mouse ; suatu alat kecil dan ringan yang pas dengan telapak tangan. Dihubungkan ke komputer dengan suatu kabel.
o Track Ball ; suatu alat penunjuk yang serupa dengan mouse kecuali bolanya berada diatas dan bukan dibawah. User dapat menggerakkan kursor hanya dengan memutar bola tanpa memindahkan seluruh alat tersebut.
o Touch Screen ; memungkinkan user memasukkan data atau instruksi hanya dengan menyentuh satu lokasi dilayar dengan menggunakan jari.
o Light Pen ; digunakan untuk menunjuk layar seperti pada touch screen. Saat pena digerakkan, suatu sinyal elektronik dikirimkan melalui kabel ke komputer sehingga sinyal tersebut dapat diinterpretasikan oleh program.
o Remote Control ; user dapat berkomunikasi dengan komputer seperti kita mengatur TV dengan menggunakan remote control.
3. Alat Pembaca Optis
Alat input yang membaca data dengan menyinari sinar terang diatas data. Co. : Scanner Barcode.
4. Alat Pembaca Magnetis. Co. ATM.
5. Alat Input Pengenal Suara
Memasukkan perintah atau data ke komputer dapat dilakukan hanya dengan berbicara kedalam mikrofon yang dihubungkan pada unit pengenal suara, kemudian menganalisis pola suara dan mengubahnya menjadi bentuk digital untuk diproses.

Gambar 1. Berbagai cara memasukkan data input ke dalam komputer

ALAT – ALAT OUTPUT
Hasil akhir dari pemrosesan komputer berupa Output.
1. Alat Output Tampilan ;
Yang paling popular bagi user adalah Monitor. Monitr digunakan oleh komputer semua ukuran.
2. Alat Ouput Cetakan ;
Printer menghasilkan output salinan kertas.
3. Alat Output Suara ;
Speech Output Unit dapat memilih serangkaian suara digital untuk membentuk output komputer bersuara yang dapat langsung ditransmisikan melalui saluran komunikasi.
4. Plotter ;
Alat output khusus ini dirancang untuk user yang membutuhkan output grafik. Output grafik membutuhkan perangkat keras yang sesuai. 3 jenis alat yang dapat menghasilkan output grafik : Printer, Plotter, Monitor.

Alat input dan output menyediakan hubungan komunikasi anatara manajer dan komputer untuk memecahkan masalah guna pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.

Gambar 2. Berbagai cara menghasilkan output komputer

SOFTWARE
1. System Software ; melaksanakan tugas-tugas dasar tertentu yang dibutuhkan user.
a. Sistem Operasi, mengelola proses komputer yang berfungsi sebagai interface antara user, software dan hardware.
b. Program Utility, memungkinkan user untuk mengcopy, menghapus, mengurutkan isi file, menggabungkan 2 file atau lebih dan mengendalikan arus data antara user dan komputer.
c. Language Translator,
Bahasa generasi pertama (Bahasa Mesin) ;v
Program ini dalam bahasa pemrograman dan diterjemahkan kedalam bahasa mesin sebelum dijalankan.
Program yang ditulis (Source Program).
Program yang dijalankan (Object Program).
Software yang menterjemahkan Source menjadi Object disebut Translator.
Bahasa generasi kedua (Assembler) ;v
Kelemahannya : berbeda-beda untuk setiap jenis CPU, jadi jika suatu perusahaan ingin mengganti komputer denga yang baru, semua program harus ditulis ulang.
Bahasa generasi ketiga (Compiler dan Interpreter) ;v
Yang populer : COBOL, FORTRAN dan BASIC.
Compiler menghasilkan program dalam suatu object program lengkap dalam satu proses, lalu dijalankan. Contohnya bahasa pemrograman COBOL. Interpreter sebaliknya, menterjemahkan instruksi bahasa sumber dan melaksanakannya sebelum berpindah ke instruksi selanjutnya.
Program Basic yang sering diterjemahkan Interpreter.
Bahasa generasi keempat (4th GL) ;v
Bersifat user friendly sehingga memberikan kemudahan bagi user.
2. Software Aplikasi ; membantu pengelolaan sumber daya fisik dan konseptual. Hal ini ditempuh dalam 2 cara, yaitu :
a. Membuat program sendiri (custom programming), Sebagisn besar perusahaan yang menggunakan komputer besar memiliki staf spesialis informasi sendiri. Tugas para spesialis ini merancang system berbais computer yang memenuhi kebutuhan unik perusahaan. Produk mereka adalah koleksi perangkat lunak (software library) dari program pesanan (custom program).
b. Membeli paket jadi (prewritten package).Contoh : Groupware, sistem surat elektronik, sistem manajemen proyek, paket analisis statistic & perkiraan (forecasting), word processor, spread sheet elektronik, paket2 grafik dan sistem desktop publishing.

Walaupun sistem berbasis komputer tidak kebal terhadap kesalahan, akurasi tingkat tinggi dapat dicapai dengan memasukkan pencegahan, pendeteksian, perbaikan kesalahan.

Software aplikasi merupakan program yang digunakan untuk menyelesaikan suatu aplikasi tertentu. Beberapa aplikasi disebut general purpose programs. Secara umum, general purpose programs antara lain :
1. Pengolah kata, adalah program yang menjadikan computer berfungsi sebagai alat Bantu dalam membuat, mengedit, mengatur, menyimpan dan mencetak dokumen berupa teks. Misalnya Wordstar, Word Prefect, MS-Word, AMI PRO dan Chi Writer.
2. Pengolah angka, adalah program yang menjadikan computer berfungsi sebagai alat Bantu dalam membuat, mengedit, mengatur, menyimpan dan mencetak dokumen berupa table dan grafik yang merupakan implementasi dari data yang ada. Misalnya Lotus, MS-Excel, Quattro Pro dsb.
3. Pengolah data, adalah program yang menjadikan computer berfungsi sebagai alat Bantu dalam membuat, mengedit, mengatur, menyimpan dan mencetak dokumen berupa informasi hasil pengolahan data. Misalnya Dbase, FoxBase dan FoxPro.
4. Desktop Publishing, program yang menjadikan komputer berfungsi sebagai alat Bantu dalam membuat, mengedit, mengatur, menyimpan dan mencetak dokumen yang terdiri dari gambar, border, grafik dsb.
5. Software telekomunikasi, adalah program yang membantu membangun hubungan dalam system jaringan komputer. Dalam suatu jaringan komunikasi data antara dua jenis atau lebih prosesor diperlukan suatu jenis perangkat lunak yang disebut protokol. Contoh perangkat lunak protokol adalah TCP/IP, Ethernet, PCNet, PC BBS dll.
6. Software grafis, adalah program yang menjadikan computer berfungsi sebagai alat Bantu dalam membuat, mengedit, mengatur, menyimpan dan mencetak dokumen berupa presentasi dsbnya. Misalnya Power Point, Corel Draw dan Photoshop.
7. Software multimedia, adalah program yang menjadikan computer berfungsi sebagai alat Bantu dalam membuat, mengedit, mengatur, menyimpan dan mencetak dokumen berupa gabungan dari data, suara, gambar, video dan animasi.

 

 

 

Data Dan Informasi

 

• Data: fakta berupa angka, teks, dokumen, gambar, bagan, dan suara yang mewakili deskripsi verbal tertentu. Data dikumpulkan untuk maksud dokumentasi.

• Informasi: data yang telah diolah (diurutkan, dipadatkan, disaring, dicuplik, dsb) sehingga memiliki arti dan nilai yang lebih tinggi bagi seorang individu atau kelompok tertentu. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan, untuk manajemen organisasi.

SYARAT KUALITAS INFORMASI

(Parker, 1989)

1. Ketersediaan (availability)

2. Mudah dipahami (comprehensibility)

3. Relevan

4. Bermanfaat

5. Tepat waktu (timeliness)

6. Keandalan (reliability)

7. Akurat

8. Konsisten.

 

SUKSES MELAKUKAN PRESENTASI

Saya sering mendapatkan pertanyaan bagaimana melakukan presentasi yang baik.  Banyak CEO, marketing manajer, account axecutive di biro iklan, penyiar yang tampil bagus di depan umum. Di kampus, para mahasiswa juga mengeluh,. Menurut mereka banyak dosen yang tidak pintar untuk diri mereka sendiri, sementara Ilmunya tidak mengalir. Kita semua mema memiliki masalah yang sama ketika harus berbicara di hadapab public. Berikut ini adalah tips bagaimana melakukan presentasi yang baik.

 

1.     Janagan membiasakan diri tergantung pada teks. Teks dapat membunuh bakat, merusak flow, dan menciptakan jarak. Gunakan pointers, sekedar untuk membantu anda.

 

2.     Ukur secara sungguh-sungguh “dalamnya sungai.” Pelajari dulu siapa audience anda, latar belakang, jalan pikiran, pendidikan, dan jabatan mereka. Jangan asal “tembak.”

 

 

3.     Jangan biarkan dua hal ini : yang sudah mereka ketahui, atau yang tak ingin mereka ingin denga. Selalu sajikan hal-hal yang orisinal, jangan merusak mood audience dengan pertanyaan yang mereka tidak sukai.

 

4.     jangan biarkan audience jenuh. Jaga volume suara dan jaga nada agar tidak monoton. Begitu mereka mulai jenuh, ajaklah berdialog, lontarkan sedikit humor.

5.     humor tidak boleh berlebihan. Ia hanya boleh digunakan untuk membangkitkan daya pikir. Jika berlebihan ia akan kehilangan substansi.

 

6.      periksa ruangan dan pasilitas presentasi termasuk mikrofon sebelum presentasi di mulai. Ruangan yang langit-langitnya rendah akan membuat anda cepat letih. Cahaya yang masuk dari kaca jendela dapat mengganggu kosentrasi. Ruangan yang terlalu sempit akan membatasi gerakan tubuh anda. Tetapi ruangan yang terlalu lebar dapat membuat presentasi tidak terfokus, mikrofon dan sound system yang buruk juga dapat mengganggu kosentrasi.

 

 

7.     biasakan alternative. Jangan bicara sendiri berikan kesempatan kepada pesertauntuk memberikan contoh, jawaban, melakukan aktivitas tertentu (game, teka-teki, atau melakukan sesuatu), tertawa, atau bahkan mendengarkan musik.

 

8.     be specific. Selalu berikan contoh dan ilustrasi. Sesekali berikan cerita

 

 

9.     jangan merendahkan mutu dengan mengatakan “maaf saya sebenarnya tidak siap”, “maaf bahasa inggris saya payah,” “ini bukan bidang saya.” Dsb. Manusia adalah mahluk yang paling yang malas dan hanya mau mendengarkan orang yang layak ia dengar, ia anggap lebih tahu.

 

10. latihan yang cukup. Selalu mintalah umpan balik. Bila perlu rekam, putar ulang kembali, minta pendapat dari orang dekat.

 

 

11. perhatikan bahasa tubuh. Jangan melakukan gerakan yang merusak penampilan.

 

12. berpakaianlah agak cerah agar anda menciptakan kesegaran di dalan ruangan.

 

 

13. jngan bicara seperti sedang ngobrol dengan seseorang. Ingatlah anda berbicara di hadapan puluhan orang, komunikasikan bahasa resmi dengan bahasa percakapanyang layak.

 

 

 

Mudah-mudahan saran-saran diatas dapat membantu rekan-rekan dapalam melakukan presentasi. Dan tulisan ini saya ambil dari salah satu buku yang berjudul “SUKSES MELAKUKAN PRESENTASI” karya dari Bpk.RHENALD KASALI